Jumat, 06 September 2013

Dahsyatnya Sebungkus Nasi



Seorang anak kecil yang dekil dan kurus, berumur 10 tahun nampak duduk lemas, bersandar di pojok dek kapal. Beberapa meter di sebelahnya, sang ibu juga bersandar dan kelihatan keletihan dan lemas. Mereka sedang dalam perjalanan mengungsi dari Jawa ke Sumatra, karena kebengisan penjajah Jepang saat itu yang merebut tanah Jawa. Lalu si bocah kecil itu melihat ke sekelilingnya. Matanya tertuju pada seorang lelaki tua yang duduk tidak jauh dari mereka.
Si kakek tiba-tiba mengeluarkan sebungkus nasi dari tas kumalnya. Segera ia melihat si kakek itu membuka nasi bungkus dan sayur ala kadarnya. Mata bocah kecil itu terus mengamati si kakek itu. Pemandangan di depan matanya membuatnya semakin lapar saja. Kakek tersebut sadar, ia sedang menjadi pusat perhatian si bocah itu.
Si kakek tiba-tiba melambaikan tangannya, lalu berkata, “kemarilah nak! Ayo makan bersama saya”. Si bocah kecil tadi tetap diam, tapi raut wajahnya menandakan dia sebenarnya ingin sekali memakan nasi bungkus yang dipegang kakek tersebut. Kakek tersebut kembali mengulang melambaikan tagannya, namun bocah kecil itu tetap tak bergeming.
Akhirnya, si kakek tadi mendekati bocah itu sambil membawa nasi bungkus. “Ayo nak, sedikit nasi ini kita makan bersama.” Kata kakek sembari duduk di samping bocah itu. Namun tetap saja bocah itu membisu.
Si kakek paham, si bocah tadi mungkin malu. “Baiklah, nasi ini buat kamu saja.” Kata kakek tua itu sambil melangkah pergi. Tidak lama kemudian, Si bocah kecil itu melahap habis nasi pemberian kakek tadi.
Setelah sekian puluh tahun berlalu, bocah kecil tersebut menjadi orang sukses. Dia masih teringat di dak kapal sekian puluh tahun silam itu. Dia sudah cukup lama mencari-cari kakek tersebut untuk mengucapkan terima kasih dan sekadar memberikan penghargaan. Baik lewat saudara, teman, pegawainya bahkan dengan beriklan di berbagai media. Hasilnya nihil.
Sebagai upaya balas budi, dia melakukan berbagai amal kebaikan atas nama kakek tua tersebut. Menjelang wafatnya “bocah kecil” yang sudah sukses tersebut, ia berwasiat kepada anak-anaknya : “Jika kalian ingin membalas budi atas kebaikan ayah, hendaklah kalian membantu orang-orang yang kesusahan. Setelah itu, “bocah kecil” –yang sudah tua dan menjelang ajal- menceritakan kepada semua anaknya kejadian di dak kapal puluhan tahun silam.
Tidak lama sepeninggal “bocah kecil”, salah satu anaknya yang menjadi dokter tersohor, bertandang ke kantor lembaga sosial untuk menyumbangkan sebagian harta dan mewakafkan sebagian waktunya untuk membantu orang-orang miskin. Dia pun berpesan kepada anak-anaknya agar kelak ketika mereka sukses, mereka mau dengan ikhlas membantu orang-orang miskin, karena dengan cara itu mereka yakin bisa membalas budi kakeknya (Si bocah kecil di dak kapal).
Subhanallah, nasi bungkus yang dahsyat. Nilainya tidak seberapa, tetapi efeknya luar biasa, lintas generasi. Bahkan ikut menginspirasi banyak orang untuk peduli kepada sesama. Bagi si kakek –pemberi nasi bungkus- tentu tidak pernah berpikir akan demikian dahsyat pengaruhnya. Namun dengan izin-Nya, nasi bungkus itu menjadi luar biasa pengaruhnya.
Maha benar Allah yang telah berfirman, “Siapakah yang mau meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan melipatgandakan (balasan) pinjaman itu untuknya, dan dia akan memperoleh pahala yang banyak.”(QS. Al Hadiid: 11)

------∞-------
Bagaimana guys, tanggapan kalian tentang bacaan di atas??
Sungguh menyenangkan ya hidup di dunia ini. Tidak ada yang sia-sia di dunia ini. Allah selalu  melihat kita, mendengar kita dimana pun kita melangkahkan jejak kita. Apakah di jalan kebajikan, atau jalan yang sesat. Para malaikat Raqib dan Atid akan selalu siap siaga dan cekatan mencatat apapun perbuatan kita tanpa ada luput 1 perbuatan pun.
So, mengapa harus ragu untuk berbuat kebaikan, dan menyebarkan kebaikan ke orang-orang disekitar kita?? Toh pasti kita akan dapat pahala, meski kebaikan kita itu hanya seperti menyingkirkan duri di jalan. Kita pun juga tak akan menyangka bila, ternyata yang bisa menyelamatkan kita di akhirat nanti, berasal dari kebaikan sepele yang kita lakukan dengan tulus ikhlas kepada orang lain. Ya seperti ilustrasi di atas. Seorang kakek itu bisa mendapat pahala yang terus mengalir walau ia sudah wafat, hanya karena memberi sebungkus nasi kepada anak kecil itu.
Tapi ingat, jika kita melakukan suatu dosa, kemungkinan dosa itu akan mengalir turun-temurun juga bisa lhoo.. Makanya kita harus berhati-hati dalam menjalani hidup ini. Sering-seringlah bertaubat. Itu yang terbaik bagi kita semua.
Allah berfirman :
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula.” (Q.S Al-Zalzalah Ayat:7-8).

Sumber tulisan : Majalah Hadila Edisi 73|Juli 2013, Hal. 56 
Sumber gambar : http://sepanjangjk.files.wordpress.com/2011/02/cimg6795-isi-sebungkus-nasi-pongol.jpg 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar