Jumat, 06 September 2013

Dahsyatnya Sebungkus Nasi



Seorang anak kecil yang dekil dan kurus, berumur 10 tahun nampak duduk lemas, bersandar di pojok dek kapal. Beberapa meter di sebelahnya, sang ibu juga bersandar dan kelihatan keletihan dan lemas. Mereka sedang dalam perjalanan mengungsi dari Jawa ke Sumatra, karena kebengisan penjajah Jepang saat itu yang merebut tanah Jawa. Lalu si bocah kecil itu melihat ke sekelilingnya. Matanya tertuju pada seorang lelaki tua yang duduk tidak jauh dari mereka.
Si kakek tiba-tiba mengeluarkan sebungkus nasi dari tas kumalnya. Segera ia melihat si kakek itu membuka nasi bungkus dan sayur ala kadarnya. Mata bocah kecil itu terus mengamati si kakek itu. Pemandangan di depan matanya membuatnya semakin lapar saja. Kakek tersebut sadar, ia sedang menjadi pusat perhatian si bocah itu.
Si kakek tiba-tiba melambaikan tangannya, lalu berkata, “kemarilah nak! Ayo makan bersama saya”. Si bocah kecil tadi tetap diam, tapi raut wajahnya menandakan dia sebenarnya ingin sekali memakan nasi bungkus yang dipegang kakek tersebut. Kakek tersebut kembali mengulang melambaikan tagannya, namun bocah kecil itu tetap tak bergeming.

Masih Ada Garuda-Garuda Kecil yang Peduli Denganmu



Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan jumlah pulau sebanyak 17.504 buah. Memiliki 1.340 suku bangsa, 546 bahasa daerah, bermacam-macam budaya & adat istiadat yang melimpah ruah, dari Sabang sampai Merauke. Begitu juga dengan sumber daya alamnya, begitu beragam dan melimpah, membuat semakin kaya dan eloknya negeri ini. Bahkan ada orang yang bilang tanah kita tanah surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Menurutku, ini memang betul adanya, terlepas dari berbagai permasalahan dan kekacauan yang melanda bumi Indonesia kini. 
Aku sangat mencintaimu, sebagaimana seorang ibu mencintai seorang anaknya dengan tulus ikhlas. Aku menyayangi dan mengasihimu, sebagaimana secuil rahman dan rahim yang diberikan Allah SWT kepada hamba-Nya yang beriman dan bertakwa. Aku rela berkorban demi engkau, sebagaimana Sang Garuda yang rela berkorban untuk menyelamatkan ibunya, Winata dari penderitaan akibat saudara ibunya, Kadru dalam cerita mahabarata. 
 
Aku memang lahir dari rahim ibu kandungku. Namun aku sudah menganggapmu seperti ibuku sendiri, karena engkaulah ibu pertiwiku. Jiwaku ini, terlahir sebagai Sang garuda kecil yang akan terus memperjuangkan harkat dan martabat bangsa dan negaraku -Indonesia- di mata dunia. Meski habis seluruh darah dan peluhku, aku akan terus berjuang sekuat tenaga demi kemajuan bangsa ini. Aku akan tetap peduli denganmu, meski sering kulihat betapa nista dan munafiknya orang-orang yang berusaha menghancurkanmu karena keegoisan mereka, ketamakan akan nikmat keduniawian yang telah membutakan mata hati mereka. 

Rabu, 07 Agustus 2013

JIKA INI RAMADHAN TERAKHIRKU



Ku bagaikan siput tanpa cangkang
Bila ku hidup di dunia ini tanpa kasih sayang-Mu
Rapuh, mudah hancur
Tergerus kemunafikan akhir zaman

Ku bagaikan berjalan di gurun pasir tak berujung
Bila ku hidup di dunia ini tanpa Rizqi-Mu
Lapar, haus, layu tubuh ini
Dan akhirnya mati tak terurus, termakan cacing

Ku bagaikan berkelana di hutan terlarang
Bila ku hidup di dunia ini tanpa hidayah-Mu
Bingung, gelisah, tersesat
Tak bisa menemukan jalan keluar akan peliknya kehidupan

Namun kenyataan telah membuktikan
Kasih sayang, rizqi, dan hidayah-Mu
Selalu mengucur deras sepanjang perjalanan hidupku
Bagai air hujan yang membasahi jagad raya
Menumbuhkan secuil nikmat surgawi bagi seluruh insan

Terutama di bulan Ramadhan 1434 H ini
Bulan yang penuh berkah dan ampunan
Yang terselip kemuliaan 1001 bulan di dalamnya
Bulan dimana Engkau melipatgandakan seluruh pahala ibadah
Sebagai ladang amal bagi hamba untuk mencari bekal menuju jannah-Mu

Namun waktu terus berputar
Sebentar lagi bulan akan menghilang di malam hari
Lalu esoknya munculah sepercik cahaya bulan baru
Pertanda Ramadhan berakhir, Syawal menyapa

Tentu aku sangat berharap
Semoga aku masih diberi kesempatan
Tuk menyambut Ramadhan yang akan datang
Tapi siapa jua makhluk di dunia ini yang tahu kepastian itu
Padahal Engkau bisa saja mencabut nyawaku, tanpa permisi
Sebelum angan-anganku itu tercapai

Dunia ini memang penuh dengan ketidakpastian
Namun di balik itu semua, terselip hikmah di dalamnya
Karena ketidakpastian itulah, ku tetap beranikan diri
Melangkah di jalan terang-Mu
Walau penuh liku, dan berbagai aral menghadang

Jika ini Ramadhan terakhirku
Ampuni atas segala kekhilafanku
Yang belum mampu menjalankan seluruh perintah-Mu
Dan belum mampu untuk menjauh dari semua larangan-Mu

Cabutlah nyawaku, jika itu memang yang terbaik bagiku
Berikan aku umur yang panjang
Bila kehidupanku ini, masih berarti dan bermanfaat
Bagi orang-orang yang aku sayangi
Dari-Mu lah aku diciptakan, dan kepada-Mu lah aku kembali

Jumat, 09 November 2012

Karena Dirimu Istimewa



Karena dirimu istimewa, istimewa
Engkau adalah satu, tak ada yang lain
Engkau bagai mutiara di tengah lautan
Satu bagian yang bedakan perhatian

Senyum bahagialah, sapalah kehidupan
Yang tlah membawamu ke teras surga
Sembah syukur kau lakukan
Itulah yang terbaik bagi dirimu

Terinspirasi insan mulia lain, itu berguna
Tapi, menjadi diri sendiri, itu lebih bermakna
Keistimewaanmu adalah anugerah dari-Nya
Yang patut dijaga dan dimanfaatkan untuk kebaikan

Engkau gapai mimpi tanpa pamrih
Hingga ke ujung dunia kau tak menyerah
Jalan terus, jangan mengeluh
Kuatkan tekad, prinsipmu adalah penerang

Lilin kecil yang kau bawa, melenyapkan kegelapan
Suara hatimu tanda jalan kepada kedamaian
Terus berlari, larilah, lari!
Hingga Sang mentari tak lagi menyinari.

Original Posted by Rizki Adi Nugroho Kurniawan

Langit



Langit,
Sesuatu yang indah, luar biasa ciptaan-Nya
Sesuatu yang megah, luas, menjulang tinggi di atas bumi
Membentang dari ujung ke ujung

Pernahkah kita merasa,
Inilah sebuah lukisan yang tak ternilai harganya
Lukisan yang hidup
Kita bebas melihatnya tanpa harus membayarnya

Hal yang patut kita syukuri
Apabila kita masih bisa memandang langit
Bisa dijadikan sebuah renungan
Betapa kecilnya kita sebagai manusia
Betapa tidak berdayanya kita atas keagungan-Nya
Bisa menciptakan alam ini, termasuk langit

Pandanglah langit
Saat anda merasa sedih
Pandanglah langit
Saat anda merasa letih
Pandanglah langit
Saat anda merasa hidupmu tak ada gunanya lagi

Semoga kalian akan mengingat-Nya
Sadar, bahwa ada Dia yang akan selalu membantu
Kapanpun dan dimanapun engkau berada
Jadikan hidup yang hanya sekali ini
Sebagai ladang amal menuju surga-Nya.

Original posted by Rizki Adi Nugroho Kurniawan.